Masih Relevankah Teori Spiral of Silent untuk Saat Ini ?
Halo! Apa kabar? stay healthy and safe ya dimanapun kalian berada. Jangan lupa untuk selalu mematuhi seluruh protokol kesehatan yang berlaku. Sesuai dengan judulnya, kali ini aku akan membahas tentang teori spiral of silence. Yuk! Langsung aja kita bahas~
Sebelum menjawab pertanyaan di judul, aku akan sedikit menjelaskan mengenai apa itu teori spiral of silence. Teori spiral of silence digagas oleh Elisabeth Noelle-Neumann pada tahun 1984. Teori ini terkenal dalam konsep komunikasi politik dan komunikasi massa. Teori spiral of silence menjelaskan tentang why and how seseorang perlu menyembunyikan opininya dari khalayak. Teori ini mengungkapkan bahwa individu/kelompok minoritas merasa takut dan terisolasi sehingga tidak mengemukakan opininya baik secara langsung maupun melalui media. Namun, tidak semua orang terpengaruh dengan teori tersebut. Ada orang-orang yang disebut sebagai avant garde dan hard core yaitu orang yang tidak merasa takut untuk menyampaikan opininya.
Nah, kurang lebih itu adalah sedikit penjelasan mengenai teori spiral of silence. Kembali ke pertanyaan, masih relevankah teori spiral of silence untuk saat ini?
Menurut pendapatku, teori spiral of silence masih relevan untuk saat ini. Dalam media sosial kita memiliki hak dan kebebasan untuk mengutarakan opini. Meskipun sosial media sudah hadir sebagai wadah kita untuk mengutarakan pendapat, masih banyak individu ataupun kelompok yang merasa takut untuk mengutarakan pendapatnya karena beberapa alasan, misalnya karena opininya berbeda dengan orang lain, takut dikriminalisasi,dll. Hal tersebut membuat mereka memilih untuk diam karena takut terisolasi. Dalam hal ini, media juga berperan penting dalam membentuk sentimen publik. Media cenderung lebih menonjolkan opini dan pandangan dari mayoritas sehingga membuat opini dari kelompok minoritas semakin tenggelam. Karena hal tersebut kelompok yang merasa sebagai minoritas akan semakin takut untuk mengutarakan pendapatnya mengenai suatu hal sehingga terbentuklah spiral of silence.
Mungkin saat ini kita tidak dapat melihat secara langsung eksistensi dari teori spiral of silence di media sosial, tetapi kita dapat melihat dengan jelas kaum yang pro dan kontra terhadap suatu hal. Dari situ kita dapat menilai mana yang menjadi mayoritas dan mana yang menjadi minoritas.
Dengan banyaknya platform media sosial saat ini tentu akan mempermudah kita untuk beropini tentang suatu hal. Namun, pada realitanya hal tersebut tidak semudah itu untuk direalisasikan. Seperti yang aku katakan di awal, ada orang avant garde dan hard core yang tidak terpengaruh dengan teori ini dan tetap berani mengutarakan opininya, apalagi jika mereka masuk ke dalam kelompok mayoritas. Lalu, bagaimana dengan kelompok minoritas? bagi kelompok minoritas mengutarakan pendapat tidak semudah membalikan telapak tangan. Mereka merasa inferior dan tidak percaya diri sehingga memutuskan untuk menyembunyikan opininya dan memilih untuk diam. Tetapi, menjadi kaum minoritas bukan berarti selamanya opininya tidak akan didengar. Teori spiral of silence dapat terbantahkan dengan kredibilitas yang dimiliki oleh seseorang. Jadi, meskipun orang tersebut termasuk kelompok minoritas jika dirinya memiliki kredibilitas maka opini serta pandangannya tidak akan tenggelam dan kalah dengan kelompok mayoritas. Sehingga kelompok minoritas lain yang tidak memiliki kredibilitas yang cukup akan lebih berani untuk mengutarakan opini serta pandangannya kepada khalayak.
Jadi, menurutku teori spiral of silence masih relevan untuk saat ini. Meskipun kita tinggal di negara yang menganut sistem demokrasi, kita tidak sepenuhnya dapat mengutarakan pandangan serta opini yang kita miliki dan memilih untuk menyembunyikannya karena beberapa hal.
Lalu, bagaimana menurut pendapat kalian? Yuk share opini kalian disini! Because sharing is caring ^^
please correct me if I'm wrong~
Komentar
Posting Komentar