Proses Pembentukan Opini Publik melalui Media
Halo semua! Apa kabar? semoga kalian selalu dalam keadaan baik-baik aja ya. Btw, hari ini aku mau bahas tentang proses pembentukan opini publik melalui media. Yuk langsung aja kita bahas!
Faktor Terbentuknya Opini Publik
Terdapat beberapa faktor yang membentuk opini publik, diantaranya :
- Adanya isu (presence of issue) sebagai “collective attitude and public mood"
- Hakikat masyarakat (the nature of publics)
- Komplek preferensi masyaralat (complex of preferences)
- Ekspresi pendapat (expression of opinion)
- Jumlah orang yang terlibat (number of person involved)
Opini publik tidak terbentuk begitu saja, terdapat proses seperti yang diungkapkan oleh Ferdinan Tonnies, proses atau tahap pembentukan opini sebagai berikut :
- Die liftarigen position, opini publik masih berada dalam keadaan yang tidak teratur.
- Die fleissigen pisition, opini sudah mulai menuju ke arah pembicaraan yang lebih jelas pendapat mulai berkumpul kearah tertentu serta jelas.
- Die festigenposition, opini berada pada tahap pembicaran atau diskusi yang telah mantap terhadap suatu pendapat dan siap untuk diyakini keberadaannya.
Sedangkan menurut Ronald D. Smith, proses pembentukan opini dimulai dari beberapa tingkatan, yaitu:
- Awareness, berkaitan dengan kesadaran publik terhadap informasi yang diperoleh.
- Acceptance, tahap dimana publik merespon secara emosional informasi yang mereka terima.
- Action, terkait aksi yang akan dimunculkan mengenai suatu informasi. Aksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu opini dan sikap.
Opini publik terbentuk karena adanya suatu konflik ataupun peristiwa yang menyangkut kepentingan publik sehingga terjadi diskusi yang menghasilkan beragam pendapat. Ketika arah pembicaraannya sudah terarah dan jelas maka akan terbentuklah opini publik.
Dalam usaha membentuk opini publik, media massa menggunakan 3 hal, yaitu :
- Menggunakan simbol-simbol politik ( Language of Politic)
- Melaksanakan strategi-strategi pengemasan pesan ( Framing Strategies)
- Melakukan fungsi agenda media ( Agenda Setting Function)
Bagaimana dengan media yang dijadikan sarana untuk memperkuat pernyataan yang dilontarkan seseorang (Hot issue public) untuk berubah menjadi pendapat umum yang berkembang, sebagaimana dalam menjalankan fungsi media Amplifikasi dalam opini publik namun issue tersebut tidak memiliki nilai normatif atau edukatif ?
Seperti yang kita ketahui media memiliki fungsi amplifikasi, yaitu media dijadikan sarana untuk memperkuat pernyataan yang dilontarkan seseorang untuk berubah menjadi pendapat umum yang berkembang. Menurut saya, ketika pernyataan yang dilontarkan tersebut adalah suatu hal yang baik dan memiliki nilai edukatif atau normatif maka tidak masalah jika pernyataan tersebut akhirnya berubah menjadi pendapat umum yang berkembang. Namun, jika pernyataan tersebut tidak memiliki nilai normatif atau edukatif tentu saja akan menjadi masalah. Kita mengetahui bahwa kekuatan opini publik tidak bergantung pada kuantitas atau jumlah mayoritasnya, namun pada kualitas atau mayoritas yang efektifnya. Tetapi jika kita perhatikan, saat ini justru kekuatan opini publik bergantung pada kuantitas atau jumlah mayoritasnya. Opini yang lebih banyak pendukungnya akan menjadi yang terkuat, padahal belum tentu opini tersebut dapat terjamin kredibilitas nya. Contohnya, penyebaran berita hoaks yang dapat menggiring opini publik ke hal yang salah. Atau pemberitaan mengenai masalah kehidupan pribadi seorang public figure yang tidak ada nilai edukatif atau normatifnya sama sekali.
Sangat disayangkan jika fungsi amplifikasi pada media disalahgunakan untuk menyebarkan isu yang tidak edukatif. Pada kenyataannya sesuatu yang telah menjadi hot issue terlepas dari tidak adanya nilai normatif atau edukatif akan memiliki lebih banyak peminat dibandingkan suatu hal yang edukatif. Mengapa bisa seperti itu? karena publik lebih tertarik pada hal yang sedang ramai diperbincangkan, apalagi jika mengandung konflik. Lalu apa yang dapat kita lakukan? sebagai publik,kita harus pandai memfilter informasi yang kita dapatkan. Dimulai dari diri kita sendiri, jika kita merasa suatu isu tidak memiliki nilai normatif atau edukatif, maka kita tidak perlu ikut meramaikan. Dengan begitu, perlahan-lahan isu yang tidak memiliki nilai normatif atau edukatif akan tenggelam dengan sendirinya dan tidak berubah menjadi pendapat umum yang berkembang.
Nah, itu dia pembahasan dan pendapatku mengenai pembentukan opini publik melalui media. Correct me if i'm wrong ya. Sebenarnya pembahasan kali ini cukup complicated ya, tapi disisi lain menarik juga untuk dibahas. Kalau menurut pendapat kalian gimana? Yuk! kita saling sharing supaya pengetahuan kita semakin luas, because sharing is caring :)
Sumber :
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-opini-publik/
https://123dok.com/document/8ydglgyp-pembentukan-deskriptif-pembentukan-masyarakat-simalingkar-pemberitaan-kebijakan-pemerintah.html
Komentar
Posting Komentar